Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2020

Penungu Kamar Hotel Tua Toraja

Entah Float atau Banda Neira, tiba-tiba lagu yang saya putar mati dan ada bunyi  "DUK..DUK" macam suara tembok diketuk.  Abaikan Mbon. Itu hanya ilusi. Usaha sugesti.  Bagi kami yang sedang dalam perjalanan, hotel jadi semacam rumah tempat kembali setelah seharian penuh peluh di lapangan. Pilihan hotel yang tepat bisa bikin mood liputan jadi woles. Kasur empuk, AC dingin, wifi kencang lumayan bisa bikin istirahat jadi nyaman. Waktu itu kami sedang ada di Toraja, seharian penuh kami liputan, mulai dari mendaki bukit di Danau Limbong sampai berenang di kolam alam Tilanga. Jelas kami butuh rebahan. Sudah lewat pukul 10 malam, saat kami melewati Makale, Ibu Kota Kabupaten Tana Toraja, mengikuti arahan google maps.  Ternyata letak hotel yang kami pesan ada di luar kota. Melewati jalanan sepi berkelak-kelok dan bukit pinus, kabut mulai turun perlahan.  Tak ada orang di pinggir jalan, hanya anjing beberapa kali melolong terkena sinar lampu jauh mobil yang kami tum...

Yang Mati tak Selamanya Pergi

Bang Rudy tak bisa menahan air matanya jatuh saat mengenang sosok sang ayah.  Malam itu jenazah ayahnya sudah berada bersama dengan keluaraga di rumah selama lima bulan.  Ibu bang Rudy juga  memberi nasi ikan dan kopi hitam favorit mendiang suaminya setiap hari.     Segala sesuatunya terasa magis di Toraja.  Lanskap alam, budaya, wajah kota, hingga masyarakatnya membuat daya magis Toraja terasa kuat.   Setelah siang kami berkunjung ke Londa, salah satu kubur batu paling popular di Toraja, malam harinya kami mengunjungi sebuah rumah di pinggiran Rantepao, Ibu Kota Kabupaten Toraja Utara. Pukul delapan malam, jalanan sudah sepi.  Meninggalkan jalan besar kami masuk ke jalan-jalan yang tak terlalu lebar.  Hingga masuk ke dalam pekarangan rumah yang luas.   Ada tiga rumah berjejer yang terlihat, dua rumah modern, satu rumah merupakan tongkonan, rumah khas Toraja. Tuan rumah menyambut kami dengan hangat .   “Ayo kita masuk, mau ketemu ay...

Lebaran dan Pincuk Pecel Pasar Batu.

Masih setengah enam, tapi lusinan orang bergerombol antri di depan lapak pecel empog Mak Panin, di Pasar Besar kota Batu.  Tenang, jarang ada turis. Selera lokal. Tak akan ada yang tiba-tiba ber-gw lo di sini.  “Bu sekul pecelipun tigo, sego empog sekawan” Lebaran hari kedua adalah saat untuk “jajan”. Setelah hari pertama babak belur dihajar aneka rupa masakan bersantan, lontong dan ketupat. Pagi hari biasanya saya, Mak’e dan yang sudah bangun menuju Pasar Batu. Kita beli pecel buat sarapan.   Pecel bagi kami seperti menu harian sarapan. Sejak SD makanan ini sudah familiar di mulut. Nasi panas dengan aneka rebusan sayur, tempe goreng disiram dengan bumbu kacang manis, asam, pedas, dan gurih. Ini versi paling sederhananya   Nah bedanya di Malang ada perpaduan nasi jagung, pakai pecel, lengkap dengan urap-urap, ikan asin, sayur pedes (sayur santan, tahu, tempe, pake PETE), bakwan jagung, dan MENDOL!  Kami menyebutnya sego empog pecel. Nasi jagung pake pecel. ...

Barisan Jenderal yang Ditendang Presiden Soeharto

Dipilihnya Soeharto sebagai Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban pasca-G30S membuat Soeharto mendapatkan dukungan petinggi-petinggi TNI AD, diantaranya adalah trio  jendral Kemal Idris. HR Dharsono dan Sarwo Edhi Wibowo yang memiliki andil penting dalam penangkapan simpatisan PKI di sejumlah wilayah di Indonesia. Beberapa sejarawan menyebut ketiga jendral ini ‘ kingmaker ’ karena dianggap tak hanya mematikan PKI hingga ke akar, namun juga mempersempit ruang gerak loyalis Soekarno, sekaligus menggalang dukungan bagi Soeharto. Seiring makin tegaknya rezim Orde Baru ketiga kingmaker ini dianggap sebagai bintang baru dan memiliki potensi untuk merebut kekuasaan. Jendral yang melancarkan jalan kuasa Soeharto ini justru ditendang dari pusaran kekuasaan. Prof Salim Said Akademi Kebangsaan, 14 November 2018 00 : 09 : 51 : 24 -  00 : 10 : 18 : 15 “Mereka ini adalah pemimpin-pemimpin pasukan yang antipati kepada Soekarno dan musuhnya PKI, setelah soal PKI ini diselesaikan maka Soeh...

Yanti Nasution: Kita Seperti Menderita Sakit Kusta, Semua Menjauh

"P ada saat itu   banyak hal dilarang, tidak boleh pergi, tidak boleh memenuhi undangan, ya kalau ibu saya bilang kita seperti menderita sakit kusta gitu, semua menjauh dari kita." Yanti Nasution, Putri Sulung Jenderal Besar AH Nasution Sore itu saya datang ke sebuah perumahan tepat di belakang Mall Gandaria City. Obrolan yang dimulai sekitar pukul setengah lima sore itu baru usai sekitar pukul 7 malam. Kami menemui Hendrianti Sahara Nasution, putri sulung Jenderal Besar A.H Nasution. Salah perwira paling berpengaruh kala Orde Lama berkuasa. Tak bisa dipungkiri pengaruh Pak Nas di Angkatan Darat sangatlah kuat. Bahkan Presiden Soeharto berada 3 tingkat pangkat dibawah Pak Nas. Menghindari adanya matahari kembar Soeharto mulai menjauhkan  Nasution dari tampuk kekuasaan. Setelah membubarkan MPRS pada tahun 1972, Nasution tak memiliki kekuasaan apapun baik di lembaga pemerintah maupun di angkatan bersenjata.  Keluarganya-pun mendapat diskriminasi dari pemerintah Orde Baru. ...