.
Megawati tidak saja punya kuasa penuh atas siapa calon presiden dan wakil presiden dari partainya. Namun, dia juga mencatatkan dirinya sebagai satu-satunya pemimpin partai di Indonesia yang memenangi tiga pemilu 1999, 2014 dan 2019. Megawati juga membuktikan superioritas posisinya. Bahkan, dalam berhadapan dengan Presiden Joko Widodo. Dia memosisikan Jokowi sekadar sebagai ’’petugas partai’’ –sebuah label yang lagi-lagi disandang oleh bakal calon presiden 2024 dari PDIP, Ganjar Pranowo.
Iya saya tahu PDIP merupakan partai pemenang pemilu, tapi kuatnya pengaruh Megawati dalam pusara politik dan kuasa lebih dari tiga dekade menarik untuk dikaji. Benarkah hanya karena “bermodal” trah Sukarno? lambang Ratu Adil era Reformasi? Hingga penentu restu bagi Capres yang ingin maju?
Megawati, Ibu Rumah Tangga
Dalam buku Megawati Soekarnoputri : Dari Ibu Rumah Tangga sampai Istana Negara, Megawati mengakui dirinya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Ia menikah tiga kali dalam usia yang terbilang muda. Pada tahun 1968 kala ia berumur 21 tahun, Megawati menikah dengan Surindro Supjarso, seorang pilot Letnan Satu Penerbang TNI Angkatan Udara. Mereka dikarunia dua anak laki-laki yaitu Mohammad Rizki Pratama (1968) dan Mohammad Prananda (1970).
Suaminya gugur saat Megawati mengandung anak kedua, pesawat militer Skyvan T-701 yang ditumpanginya jatuh di Papua tahun 1970.
Pada tahun 1972, kala usianya 25 tahun, Megawati kembali menikah. Ia menikah dengan seorang diplomat asal Mesir bernama Hassan Gamal Ahmad Hasan pada tahun 1972. Tetapi pernikahan ini tidak berlangsung lama, dan mereka pun bercerai. Dari pernikahan ini Megawati tidak mempunyai anak.
Tahun 1973, diusia 26 tahun Megawati menikah dengan Taufik Kiemas, pria asal Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Puan Maharani.
Hari-hari Megawati sebagai ibu rumah tangga berubah saat Ketua Umum PDI pada tahun 1987, Soerjadi membujuk Megawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra untuk bergabung dalam PDI. Garis keturunan sebagai putri proklamator Sukarno terbukti mampu menarik pemilih pada pemilu 1987, terutama di daerah Jawa Tengah. Keterwakilan PDI di Parlemen meningkat. Megawati-pun jadi anggota dewan. Sejak itu sosok Megawati dalam panggung politik nasional jadi sorotan.
Pada Kongres PDI di Medan, Juni 1993, Soerjadi gagal terpilih kembali sebagai ketua umum karena dituding bertanggung jawab atas penculikan kader partai. Akhirnya melalui Kongres Luar Biasa Desember 1993 di Surabaya dan tarik ulur restu penguasa, Megawati Soekarnoputri menjadi ketua umum PDI. Menguatnya trah Soekarno dalam panggung politik praktis membuat penguasa gusar.
Wawancara saya dengan Budiman Sudjatmiko pertengahan 2021 menceritakan posisi Megawati pada zaman Orde Baru. Budiman yang mengalami zaman represif rezim Soeharto hingga dikambinghitamkan akibat peristiwa Kudatuli 1996 mengatakan,
Karena posisinya sebagai putri Bung Karno dan banyak pengikut Bung Karno dirakyat, kemunculannya sendiri sudah mengancam. Tidak usah kritik-kritik tajam, Ibu Mega muncul sudah mengancam. Karena bagi Orde Baru sosok Soekarno masih menjadi momok, sehingga ada yang berbau Soekarno dan ini putrinya, putrinya berpolitik masuk ke dalam sistem ini kan sebenarnya seperti tamu tak diundang. Sehingga ketika muncul dorongan kepada Ibu Mega pada tahun 1993 untuk menjadi Ketua Umum PDI, penindasan dan represi dan pembatasan terhadap dirinya luar biasa.” - Budiman Sudjatmiko
Dalam wawancara Kompas dengan Megawati Soekarno Putri awal tahun 1996 terungkap bagaimana perjalanan politik Megawati dipenuhi intrik. Megawati mengungkapkan sesaat setelah dirinya terpilih sudah lahir apa yang disebut DPP PDI Reshuffle yang dimotori Yusuf Merukh. Belum selesai persoalan tersebut, tuduhan partainya disusupi orang-orang tidak bersih lingkungan atau terlibat PKI juga “digoreng” oleh penguasa. Bahkan, suaminya, Taufik Kiemas yang juga mantan Ketua GMNI Palembang dituduh sebagai antek-antek PKI.
Sejak April 1996, Pimpinan PDI dalam kondisi siaga akibat adanya wacana Kongres Luar Biasa untuk menggulingkan kepemimpinan Ketua Umum DPP PDI Megawati Soekarnoputri. Apalagi setelah diketahui oknum-oknum aparat pemerintah daerah malah cawe-cawe dan mendorong-dorong DPC PDI berbagai daerah untuk ikut dalam KLB ini. Pemerintah dianggap mengobok-obok internal partai. Jadi ingat Demokrat beberapa tahun lalu. ups.
Wacana untuk menggulingkan Megawati dari kursi PDI menyebabkan pendukung Megawati turun ke jalan sejak awal Juni 1996. Tak hanya di Jakarta, tapi juga di berbagai kota di seluruh Indonesia. Mereka menolak Kongres Luar Biasa dan mengkritik pemerintah yang ikut campur masalah internal partai. Aksi ini ternyata didukung oleh beragam organisasi yang mengambil sikap oposisi terhadap pemerintahan Soeharto. Tuntutannya meluas yakni reformasi pemerintahan Orde Baru. Aksi gabungan ini menjadi bentuk gerakan arus bawah melawan rezim Orde Baru yang dikenal represif.
Lalu pecahlah apa yang disebut Kudatuli. Kerusuhan 27 Juli 1996. Kerusuhan yang tak menenggelamkan Megawati, namun justru melambungkan namanya sebagai tokoh Reformasi.
Buat kalian yang penasaran apa itu Kudatuli? Bisa simak video ini.
1998, Orde Baru tumbang. Pemilu 1999 menjadi ajang bagi Megawati untuk dikenal sebagai sosok baru melalui partai yang baru dibentuknya PDI Perjuangan (PDIP). Pada Pemilu 199 Megawati tampak bukan sekadar ketua partai saja, melainkan seolah-olah sudah menjadi presiden di negeri ini.
Bagi pendukung fanatiknya, di dalam sosok Megawati melekat citra atas kejujuran, integritas serta moralitas. Partai yang dipimpin Megawati pun muncul sebagai partai pemenang di antara 47 partai lainnya. PDIP mampu meraup suara hingga 33,76% atau mendapatkan 153 kursi, meskipun tidak menang secara mayoritas mutlak (single mayority) akan tetapi mayoritas sederhana (simple mayority).
J.B Kristiadi dari Centre For Strategic And International Studies (CSIS) pernah mengomentari tentang keberhasilan Megawati bahwa secara pandangan Jawa, Megawati seperti ratu adil. Sebagai ratu adil masyarakat sangat mengharapkan kepemimpinannya bisa memperbaiki kondisi bangsa yang telah rusak. Megawati merupakan sosok yang pernah hidup dalam lingkungan istana dan mendapatkan pelajaran langsung dari sang ayah. Kini dia harus tampil sebagai ratunya gerakan reformasi.
Tapi apakah hanya romansa masa lalu Reformasi dan sosoknya yang merupakan trah Sukarno membuat Megawati begitu memiliki pengaruh yang begitu kuat dalam sistem politik hingga hari ini? Adakah faktor lain? Apa yang ia lakukan sehingga mempengaruhi keputusan para pentolan Parpol?
-bersambung tulisan berikutnya-
Comments
Post a Comment